Mencermati Saham Bukalapak Saat Ini

cara-jualan-di-bukalapak

Startup unicorn dalam negeri, Bukalapak resmi menjual sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari 6 Agustus 2021 silam. Saham Bukalapak tersebut menggunakan kode emiten BUKA dan langsung mendapat sambutan hangat para investor tanah air. Dari mulai beraktifitas di bursa, harga saham Bukalapak cukup volatile meski dengan kecenderungan turun.

Bukalapak menjadi perusahaan unicorn pertama yang go publik di Asia Tenggara. Saham Bukalapak merupakan emiten ke-28 yang tercatat di BEI sepanjang tahun 2021 atau ke-740 dari seluruh emiten yang melantai di bursa hingga hari ini. Bukalapak pun sukses menarik minat banyak investor dengan jumlah sekitar 96 ribu investor ketika IPO. Dari data yang ada, saham Bukalapak mengalami kelebihan permintaan sampai 8,7 kali lipat yang menandakan kepercayaan investor akan perusahaan teknologi ini.

Saham Bukalapak ditawarkan sebanyak 25.765.504.800 lembar dimana harga IPO-nya sebesar Rp850 per saham. Itu artinya Bukalapak dapat mengumpulkan dana sampai Rp21,9 triliun dengan IPO tersebut.IPO Bukalapak merupakan yang terbesar dalam sejarah bursa saham di Negara kita. Saham Bukalapak memicu euforia tersendiri bagi kalangan investor ritel. Tidak aneh bila BUKA pun mencapai level auto rejection atas (ARA) dalam dua hari perdagangan pertama setelah IPO. Saham BUKA ditutup melejit hingga 24,71 % di level Rp1.060 / saham ketika itu.

Belum berhenti sampai di situ, pada 9 Agustus 2021, saham Bukalapak lagi-lagi meningkat sampai 25 % di harga Rp1.325 per saham. Ketika itu, jumlah volume perdagangannya sampai 352,3 juta saham senilai Rp466,8 miliar. Kapitalisasi saham Bukalapak langsung melejit ke Rp136,56 triliun.

Namun antiklimaks terjadi setelahnya, di 10 Agustus 2021, saham Bukalapak menderita penurunan yang lumayan dalam. Saham Bukalapak tidak mampu mencapai zona hijau. Sampai penutupan perdagangan, saham Bukalapak pun terpuruk mencapai auto rejection bawah (ARB) di harga Rp1.035. Jumlah transaksi saham BUKA ketika itu sebesar Rp1,05 triliun sebanyak 994,51 juta saham. Sementara, nilai kapitalisasi pasar terpuruk ke Rp106,67 triliun. Sontak kejadian itu membuat banyak investor berang dan menganggap Bukalapak tak dapat mempertahankan kinerja sahamnya.

Sesudah itu, saham Bukalapak makin melemah dengan harga memerah. Ketika itu, 18 Agustus 2021 harga saham Bukalapak turun 6,74 % di harga Rp830 / saham. Posisi tersebut berarti harga saham Bukalapak lebih rendah dari harga yang dipatok ketika pertama IPO, yaitu sebesar Rp850 / saham.

Saham Bukalapak tanggal 8 Desember 2021 melanjutkan tren penurunan dan terpuruk sampai menyentuh harga terendah dalam sehari hingga auto reject bawah (ARB). Kendati pada akhir perdagangan ada peningkatan namun masih saja saham Bukalapak lebih rendah dibanding harga ketika IPO. Saham Bukalapak sempat anjlok 6,58% dari penutupan hari sebelumnya pada harga Rp 426 sehingga mengalami ARB. Mendekati penutupan sesi kedua, saham Bukalapak pun beringsut naik. Harga saham Bukalapak kian menjauhi harga IPO di harga Rp 850. Apabila dikalkulasi itu artinya saham Buklapak kini sudah anjlok 47,76% dibanding harga saat IPO.

Jadi seumpamanya investor menebus saham Bukalapak ketika IPO seharga Rp 10 juta otomatis akan memperoleh 11.764 lbr saham atau kira-kira 117 lot. Kemudian bila sampai kini belum dijual, itu artinya nilai portofolio saham Bukalapak yang dimiliki dari modal semula Rp 10 juta kini hanya Rp 5.224.000. Berarti kerugian yang diperoleh dengan membeli saham Bukalapak ketika IPO sampai hari ini nilainya hanya Rp 4.776.000 untuk modal yang dibayarkan Rp 10 juta. Dari 22 November 2021, saham Bukalapak terkena sedikitnya lima kali ARB. Dan meskipun tak mengalami ARB pun berkurangnya pun cukup besar.

Teddy Oetomo selaku presiden Bukalapak berpendapat jika penurunan saham Bukalapak yang berlangsung akhir-akhir ini dikarenakan terjadinya rotasi portofolio investasi dari para manajer investasi. Para manajer investasi sesuai tren yang berkembang mengalihkan portofolio mereka ke saham-saham komoditi misalnya saham batubara yang meningkat akhir-akhir ini.

Dengan langkah itu maka yang mendapat imbas yaitu berbagai saham non komoditas diantaranya saham teknologi termasuk saham Bukalapak. Fenomena tersebut tak cuma dialami saham BUKA, namun juga saham-saham di kelompok yang sama.

 

 

 

 

 

RajaBeli.com

RajaBeli.com

RajaBeli.Com melayani pembelian dan pembayaran di ebay, aliexpress, amazon, paypal dan ratusan situs jual beli Online diseluruh dunia, dengan Aman, Mudah dan Bergaransi

Leave a Replay