Bitcoin adalah mata uang virtual yang dibuat pada tahun 2009 oleh satu atau lebih peretas dengan nama samaran Satoshi Nakamoto. Tidak seperti mata uang lainnya, Bitcoin tidak memiliki bank sentral di belakangnya yang mendistribusikan uang baru. Dari medio Juli 2021 silam, Bitcoin price terus meroket sampai di rentang US$ 50.000 per koin. Bagaimana prospek Bitcoin price di masa mendatang?
Bitcoin diklaim sebagai keajaiban baru di era milenium ini. Berawal dari kode program matematika pada sistem komputer, Bitcoin lalu sukses menempatkan diri sebagai mata uang global yang sangat fenomenal. Bitcoin sesuai dengan ketentuan ketentuan mata uang yaitu tahan lama, jumlahnya terbatas, dapat dipecah-pecah dalam nilai yang lebih kecil, lalu dapat juga dikenali. Seperti halnya uang tradisional, Bitcoin juga bisa difungsikan menjadi alat tukar, alat bayar, alat hitung, serta sarana pengumpul kekayaan.
Bitcoin pada dasarnya bekerja didasarkan pada dua prinsip: jaringan node yaitu PC yang mengelolanya secara terdistribusi, peer-to-peer; dan penggunaan kriptografi yang kuat untuk memvalidasi dan mengamankan transaksi. Ada 21 juta Bitcoin yang tersedia di internet sementara yang sebenarnya beredar baru sekitar 9 juta. Bitcoin price terus merangkak naik dari 0 (tahun 2009) hingga hampir menyentuh 50 ribu dolar Amerika pertengahan 2021. Menurut Financial Times, total perdagangan Bitcoin mencapai $ 10 miliar dan akan terus meningkat.
Agar dapat membeli Bitcoin, investor perlu membuka dompet / akun virtual dan kemudian terhubung ke berbagai situs yang menawarkan mata uang virtual ini dengan imbalan uang. Bitcoin dapat diperdagangkan atau dibelanjakan (diterima oleh banyak bisnis baik virtual maupun fisik). Sebagai mata uang virtual, Bitcoin dapat dicuri (misalnya oleh serangan hacker) atau hilang (kerusakan hard disk PC).
Bitcoin adalah cryptocurrency yang dielu-elukan dan dinobatkan sebagai emas digital, oleh karena itu kerap diperbandingkan dengan harga emas sesungguhnya. Pada waktu bitcoin price terus meroket, harga emas malah susah untuk meningkat. Bitcoin price malah diperkirakan akan melejit sampai mencapai level US$ 100.000/koin yang setara dengan kurang-lebih Rp 1,4 miliar setiap koin pada 6 bulan mendatang atau awal 2022.
Perkiraan bitcoin price itu disampaikan direktur pelaksana di Midas Touch Consulting. Kendati begitu, Grummes menyebutkan bahwa sebelum menyentuh level US$ 100.000 per koin, bitcoin price diprediksi akan anjlok lebih dahulu. Karena itu disarankan para investor agar menunggu dulu harga bitcoin masuk ke range US$ 34.000 – US$ 38.000 per koin sebelum memutuskan untuk mengoleksinya. Rebound tajam setelah melalui aksi jual adalah karakteristik cryptocurrency ini.
Volatilitas bitcoin price yang cukup tinggi itu pastinya akan menawarkan prospek cuan yang besar, namun risiko yang harus ditanggung pun setimpal. Oleh karena itu, bitcoin maupun cryptocurrency yang lain tetap menarik untuk para investor yang senang dengan spekulasi. Fenomena itu lah yang mengakibatkan emas menjadi tidak lagi menarik bagi para pemilik modal. Harga emas yang susah meningkat akhir-akhir ini dikarenakan ia harus berkompetisi dengan bitcoin, tidak disebabkan oleh aspek fundamental.
Bila dilihat dari sisi fundamental, situasi makroekonomi sekarang yang menawarkan suku bunga rendah, stimulus fiskal, sampai inflasi tinggi semestinya menguntungkan bagi emas, namun faktanya malah tak berlaku saat ini. Dari tahun kemarin emas bersaing dengan cryptocurrency, terutama bitcoin yang makin favorit. Bitcoin adalah cryptocurrency tertua sekaligus terbesar di sektor ini, dimana selalu dibandingkan dengan emas yang merupakan aset penyimpan nilai. Suplai bitcoin terbatas dan membutuhkan kerja keras untuk menambangnya, lalu terjadinya kenaikan harga Bitcoin pun tak serta merta produksi bertambah.
Bitcoin sempat meraih harga tertinggi pada April 2021 yaitu sebesar USD 64.000. Banyak orang memprediksi apabila mata uang kripto ini berpeluang sebagai sarana investasi menjanjikan di masa yang akan datang. Dalam masa pandemi Covid 19, nilai Bitcoin price pun kian melejit. Sebab itu banyak investor yang menempatkan uangnya ke Bitcoin lantaran prospek keuntungan yang pasti dengan mekanisme transaksi serta volatilitas harga yang tinggi. Itu pun terjadi di Indonesia dan belahan bumi lain.